Mudik ke Pekalongan, Ini Empat Tradisi Syawalan yang Menarik Diikuti

Supriyadi
Senin, 24 April 2023 07:30:35


Murianews, Pekalongan – Bagi Kamu yang sedang mudik ke Pekalongan, jangan sampai ketinggalan tradisi Lebaran di Kota Batik. Dari namanya, Tradisi ini dikenal dengan Syawalan. Yakni sebuah perayaan hari ke-tujuh setelah lebaran dengan beraneka ragam perayaan.
Berbagai Tradisi khas Pekalongan ini terbukti sukses menarik minat masyarakat sekitar untuk mengunjunginya. Melansir dari berbagai sumber, setidknya ada lima tradisi menarik di Pekalongan. Berikut daftarnya.
Jika anda menginap di Pekalongan pada hari ke-enam, maka keesokan harinya anda jangan kaget jika mendengar banyak sekali suara ledakan. Itu bukan Bom atau senjata militer namun itu adalah Tradisi Petasan yang ada di Balon udara.
Tak ayal pada pagi hari ke-tujuh (syawal) langit di Pekalongan akan berubah bak medan perang dengan suara menderu ledakan petasan yang diikat pada Balon Udara.
Sebelumnya, tradisi ini sudah dilakukan turun temurun. Namun, karena melihat efeknya, pelaksanaan balon udara diminta diikat sehingga tidak mengganggu penerbangan.
Banyak sekali cerita mengenai keseruan Tradisi Balon Udara Pekalongan yang setiap tahunnya selalu ditunggu-tunggu.
Selain itu terdapat beraneka ragam bentuk dan corak warna-warni Balon Udara yang akan dilepas ke langit. Ada yang terbuat dari plastik, ada pula yang terbuat dari kertas layangan berwarna yang disusun hingga menjadi pola tertentu bahkan motif batik. Kurang kreatif apa coba Orang Pekalongan ini ?
Dalam menyambut Lebara, warga Pekalongan juga mengisi dengan tradisi atau acara yang lain seperti membuat gunungan jajan Gebral. Gunungan tersebut kemudian diarak keliling kampung.
Kebiasaan membuat gunungan Gebral, memang menjadi tradisi tahunan saat syawalan bagi warga di sekitar Desa Pekajangan, Kecamatan Kedungwuni.
Para warga di Kampung Gang 20 Pekajangan ini akan bergotong-royong membuat jajan gebral ukuran raksasa dengan bahan baku satu kuin- tal singkong, 50 butir buah kelapa, 10 kilogram gula pasir, dan lima kilogram gula jawa.
Jajan gebral memang tak ubahnya serupa jajan getuk. Bahan utamanya pun menggunakan singkong, lalu dicampur dengan kelapa, dan ditaburi gula pasir maupun gula jawa.
Warna gebral memang unik dan menarik, yakni warna merah, biru, kuning, coklat, hijau, dan seterusnya. Pendeknya, jajan gebral tidak hanya cantik rupanya, namun rasanya juga enak dan manis.
Mirip seperti Gunungan Gebral Pekajangan, di Desa Ambokembang kecamatan Kedungwuni juga ada Tradisi membuat Jajan Getuk Lindri dengan ukuran yang tak lazim.
Getuk lindri tersebut dibuat dengan panjang 350 meter, tinggi lima meter, dan lebar 14 centimeter. Sungguh luar biasa. Acara dimulai dari pukul 7 hingga 9:30 pagi di Gang 9 Desa Ambokembang.
Kenapa harus jajan getuk lindri? Makanan ini (getuk lindri) memang termasuk salah satu makanan Tradisional yang ada di Kabupaten Pekalongan. Pembuatan getuk lindri itu memerlukan waktu selama dua hari.
Ajang pameran getuk lindri yang mengular hingga ratusan meter ini tergolong kreatif dan unik, tak urung mampu mengundang perhatian dari warga lainnya yang bukan warga Ambokembang untuk berdatangan.
Banyak warga dari desa di sekitar Ambokembang yang berkunjung ke Ambokembang sekaligus berbaur dengan warga setempat untuk menikmati lezatnya getuk lindri itu.
Untuk membuat getuk lindri super jumbo itu, semua biaya dan pembuatannya ditanggung serta dilakukan oleh masyarakat sendiri. Tak kurang dari satu setengah ton ketela pohon sebagai bahan utama untuk membuat getuk lindri itu.
Gunungan Megono Lingo Asri ini dipusatkan di Obyek Wisata Linggo Asri Kabupaten Pekalongan pada pagi hari di hari ketujuh lebaran. Sebelum disantap secara masal, Gunungan Nasi Megono ini akan diarak keliling dengan penuh kemeriahan dan luapan kegembiraan.
Dalam acara syawalan itu, biasanya kirap arak-arakan megono berukuran raksasa tersebut dilepas oleh bupati dari Balai Desa Linggoasri menuju kompleks objek wsiata Linggoasri.
Acara yang mulai digelar sejak pagi hari itu, dimarakkan oleh para peserta pawai yang terdiri dari pasukan berseragam batik khas Pekalongan, pasukan seni bela diri tradisional pencak silat, kelompok rebana santri, kesenian khas kuda lumping, dan sebagainya.
Selain kirab yang diikuti dari berbagai elemen masyarakat dengan suguhan berbagai budaya dan seni, acara syawalan juga dimeriahkan oleh festival kuliner dengan menampilkan makanan khas Kabupaten Pekalongan.
Berbagai Tradisi khas Pekalongan ini terbukti sukses menarik minat masyarakat sekitar untuk mengunjunginya. Melansir dari berbagai sumber, setidknya ada lima tradisi menarik di Pekalongan. Berikut daftarnya.
- Balon Udara
Jika anda menginap di Pekalongan pada hari ke-enam, maka keesokan harinya anda jangan kaget jika mendengar banyak sekali suara ledakan. Itu bukan Bom atau senjata militer namun itu adalah Tradisi Petasan yang ada di Balon udara.
Tak ayal pada pagi hari ke-tujuh (syawal) langit di Pekalongan akan berubah bak medan perang dengan suara menderu ledakan petasan yang diikat pada Balon Udara.
Sebelumnya, tradisi ini sudah dilakukan turun temurun. Namun, karena melihat efeknya, pelaksanaan balon udara diminta diikat sehingga tidak mengganggu penerbangan.
Banyak sekali cerita mengenai keseruan Tradisi Balon Udara Pekalongan yang setiap tahunnya selalu ditunggu-tunggu.
Selain itu terdapat beraneka ragam bentuk dan corak warna-warni Balon Udara yang akan dilepas ke langit. Ada yang terbuat dari plastik, ada pula yang terbuat dari kertas layangan berwarna yang disusun hingga menjadi pola tertentu bahkan motif batik. Kurang kreatif apa coba Orang Pekalongan ini ?
- Gunungan Gebral Pekajangan
Dalam menyambut Lebara, warga Pekalongan juga mengisi dengan tradisi atau acara yang lain seperti membuat gunungan jajan Gebral. Gunungan tersebut kemudian diarak keliling kampung.
Kebiasaan membuat gunungan Gebral, memang menjadi tradisi tahunan saat syawalan bagi warga di sekitar Desa Pekajangan, Kecamatan Kedungwuni.
Para warga di Kampung Gang 20 Pekajangan ini akan bergotong-royong membuat jajan gebral ukuran raksasa dengan bahan baku satu kuin- tal singkong, 50 butir buah kelapa, 10 kilogram gula pasir, dan lima kilogram gula jawa.
Jajan gebral memang tak ubahnya serupa jajan getuk. Bahan utamanya pun menggunakan singkong, lalu dicampur dengan kelapa, dan ditaburi gula pasir maupun gula jawa.
Warna gebral memang unik dan menarik, yakni warna merah, biru, kuning, coklat, hijau, dan seterusnya. Pendeknya, jajan gebral tidak hanya cantik rupanya, namun rasanya juga enak dan manis.
- Getuk Lindri Ambokembang
Mirip seperti Gunungan Gebral Pekajangan, di Desa Ambokembang kecamatan Kedungwuni juga ada Tradisi membuat Jajan Getuk Lindri dengan ukuran yang tak lazim.
Getuk lindri tersebut dibuat dengan panjang 350 meter, tinggi lima meter, dan lebar 14 centimeter. Sungguh luar biasa. Acara dimulai dari pukul 7 hingga 9:30 pagi di Gang 9 Desa Ambokembang.
Kenapa harus jajan getuk lindri? Makanan ini (getuk lindri) memang termasuk salah satu makanan Tradisional yang ada di Kabupaten Pekalongan. Pembuatan getuk lindri itu memerlukan waktu selama dua hari.
Ajang pameran getuk lindri yang mengular hingga ratusan meter ini tergolong kreatif dan unik, tak urung mampu mengundang perhatian dari warga lainnya yang bukan warga Ambokembang untuk berdatangan.
Banyak warga dari desa di sekitar Ambokembang yang berkunjung ke Ambokembang sekaligus berbaur dengan warga setempat untuk menikmati lezatnya getuk lindri itu.
Untuk membuat getuk lindri super jumbo itu, semua biaya dan pembuatannya ditanggung serta dilakukan oleh masyarakat sendiri. Tak kurang dari satu setengah ton ketela pohon sebagai bahan utama untuk membuat getuk lindri itu.
- Gunungan Megono Linggo Asri
Gunungan Megono Lingo Asri ini dipusatkan di Obyek Wisata Linggo Asri Kabupaten Pekalongan pada pagi hari di hari ketujuh lebaran. Sebelum disantap secara masal, Gunungan Nasi Megono ini akan diarak keliling dengan penuh kemeriahan dan luapan kegembiraan.
Dalam acara syawalan itu, biasanya kirap arak-arakan megono berukuran raksasa tersebut dilepas oleh bupati dari Balai Desa Linggoasri menuju kompleks objek wsiata Linggoasri.
Acara yang mulai digelar sejak pagi hari itu, dimarakkan oleh para peserta pawai yang terdiri dari pasukan berseragam batik khas Pekalongan, pasukan seni bela diri tradisional pencak silat, kelompok rebana santri, kesenian khas kuda lumping, dan sebagainya.
Selain kirab yang diikuti dari berbagai elemen masyarakat dengan suguhan berbagai budaya dan seni, acara syawalan juga dimeriahkan oleh festival kuliner dengan menampilkan makanan khas Kabupaten Pekalongan.