Jumat, 21 November 2025


MURIANEWS, Salatiga – Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga membawa kabar gembira bagi warga setempat. Hal ini lantaran Kota Salatiga berhasil menjadi daerah dengan penurunan mobilitas masyarakat paling tinggi di seluruh Indonesia selama PPKM Darurat.

Hal tersebut diketahui setelah akun resmi Humas Setda Kota Salatiga mengunggah foto peringkay penurunan mobilitas masyarakat berdasarkan sumber Sistem Informasi Pengawasan PPKM Darurat Jawa-Bali (SIGAP).

Mengutip dalam unggahan tersebut selama dua pekan berjalan, Salatiga berhasil memuncaki daftar tertinggi angka penurunan mobilitas masyarakat sebesar -23,84.

Setelah itu, diikuti Blitar, Jawa Timur sebesar -23,48 di posisi kedua dan dibuntuti Indramayu Jawa Barat sebesar -22,50 di posisi ketiga.

Berikutnya ada Bondowoso, Jawa Timur sebesar -22,43. Purworejo, Jawa Tengah sebesar -22,04. Bantul, DIY sebesar -21,92. Yogyakarta, DIY sebesar -21,83, Pacitan, Jawa Timur sebesar -21,77. Gunung Kidul, DIY sebesar -21,59. Terakhir diposisi kesepuluh Mojokerto, Jawa Timur sebesar -21,38.

"Terimakasih seluruh warga Salatiga. Ikhtiar ini akan segera berhasil, semangat sehat," tulisan caption akun @humassetdakotasalatigaofficial.

Sontak saja unggahan foto tersebut langsung ramai dibanjiri warganet. Tak sedikit dari warganet yang mengaku kagum dan bangga atas pencapaian yang diraih oleh daerah Salatiga.

"Alhamdulillah. Warga Salatiga banyak warganya yang nurut pemerintah. Betah tinggal disini," ucap akun @oki_kamajaya.



 










View this post on Instagram







 

A post shared by Humas Setda Kota Salatiga (@humassetdakotasalatigaofficial)

"Karena warga Salatiga kompak, bersatu karena pandemi," cetus akun @wahyuni.sl3."Faktor dingin, mager dan pada tutup juga sih,'' beber akun @dahrietrisna."Semangat semuanya, biar Salatiga lekas membaik,'' tutur akun @indahsryn.Selain komentar tersebut, ada juga netizen yang mengingatkan untuk tetap menjaga prokes."Penurunan mobilitas hanya salah satu langkah dlm penanggulangan Pandemi, perlu langkah langkah lain yg harus dilakukan sesuai ilmu epidemiologi antara lain peningkatan swab PCR & pelacakan kontak erat , vaksinasi, juga terapi bagi yg sudah terpapar,” tulis akun @pronorahardjo. Penulis: SupriyadiEditor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler