Seks Bebas, 41 Pelajar di Sukoharjo Terjangkit HIV/AIDS
Murianews
Jumat, 10 Desember 2021 14:27:12
MURIANEWS, Sukoharjo — Dinas Kesehatan (Dinkes) Sukoharjo mencatat ada sebanyak 41 pelajar di Sukoharjo terjangkit HIV/AIDS sepanjang 2021. Peningkatan tersebut diduga terjadi lantaran seks bebas yang dilakukan para pelajar tersebut.
Plt Kepala Dinkes Sukoharjo, Yunia Wahdiyati membenarkan, rata-rata pelajar yang terjangkit karena faktor gaya hidup seks bebas.
Baca: Open BO dan Selingkuh di Pabrik Jepara Ditengarai jadi Biang HIV/AIDS”Kami memang mendeteksi banyak juga pelajar yang positif. Ada 41 orang yang sudah dideteksi. Penyebabnya macam-macam, ada yang seks bebas, terkontaminasi jarum tato, dan obat terlarang. Angka ini sangat tinggi menurut kami,” katanya seperti dikutip
Solopos.com.
Ia menyebutkan, hingga 2021 total ada 727 orang yang terdeteksi positif HIV/AIDS. Dari jumlah tersebut 372 orang positif HIV dan 355 orang positif AIDS.
”Kalau melihat dari data memang trennya itu terus meningkat. Tapi perbedaannya adalah yang ditemukan HIV itu lebih tinggi daripada AIDS,” ungkap Yunia.
Yunia mengatakan kondisi itu menunjukkan deteksi penyakit HIV/AIDS kini lebih cepat sehingga penanganannya juga lebih cepat. Menurut Yunia, pendataan warga yang terjangkit HIV/AIDS masih diklasifikasikan berdasarkan sejumlah indikator.
Baca: Ini Arti Pita Merah Simbol HIV AIDSBerdasarkan usia ia menilai warga yang paling banyak terjangkit yakni usia produktif 20 tahun hingga 30 tahun sebanyak 218 kasus dan 30-40 tahun sebanyak 219 kasus.
Sementara berdasarkan profesi, kalangan karyawan menjadi yang terbanyak dengan 235 kasus.
”Kemudian ada dari kalangan wiraswasta dan buruh serabutan juga tinggi angka yang terdeteksi positif,” ungkapnya.Terpisah, Koordinator Yayasan Sahabat Sehat Mitra Sebaya (Yasema) Sukoharjo, Garis Subandi, menilai banyaknya pelajar yang terjangkit HIV/AIDS juga dipengaruhi perkembangan era teknologi saat ini.
Baca: 88 Orang di Kudus Tertular HIV/AIDS, Begini GejalanyaPerkembangan sejumlah aplikasi media sosial dinilai berperan membentuk pola pikir pelajar untuk mengikuti gaya hidup berisiko.Ia berharap ada intervensi dari institusi sekolah dan keluarga dalam edukasi antisipasi. “Tidak bisa dimungkiri kemajuan teknologi ini menjadi dua mata pisau. Kalau digunakan dengan baik akan baik juga. Sebaliknya, banyak peningkatan risiko seperti penularan HIV/AIDS yang terjadi karena kemajuan teknologi,” jelasnya.Ia mencontohkan salah satunya aplikasi pencarian jodoh bisa menjadi sasaran target. Mereka menjadi korban seksual yang bisa berujung tertular HIV/AIDS.“Makanya perlu intervensi untuk edukasi pencegahan risiko penularan,” ujar Garis. Penulis: SupriyadiEditor: SupriyadiSumber:
Solopos.com
[caption id="attachment_178469" align="alignleft" width="1280"]

Ilustrasi HIV/AIDS[/caption]
MURIANEWS, Sukoharjo — Dinas Kesehatan (Dinkes) Sukoharjo mencatat ada sebanyak 41 pelajar di Sukoharjo terjangkit HIV/AIDS sepanjang 2021. Peningkatan tersebut diduga terjadi lantaran seks bebas yang dilakukan para pelajar tersebut.
Plt Kepala Dinkes Sukoharjo, Yunia Wahdiyati membenarkan, rata-rata pelajar yang terjangkit karena faktor gaya hidup seks bebas.
Baca: Open BO dan Selingkuh di Pabrik Jepara Ditengarai jadi Biang HIV/AIDS
”Kami memang mendeteksi banyak juga pelajar yang positif. Ada 41 orang yang sudah dideteksi. Penyebabnya macam-macam, ada yang seks bebas, terkontaminasi jarum tato, dan obat terlarang. Angka ini sangat tinggi menurut kami,” katanya seperti dikutip
Solopos.com.
Ia menyebutkan, hingga 2021 total ada 727 orang yang terdeteksi positif HIV/AIDS. Dari jumlah tersebut 372 orang positif HIV dan 355 orang positif AIDS.
”Kalau melihat dari data memang trennya itu terus meningkat. Tapi perbedaannya adalah yang ditemukan HIV itu lebih tinggi daripada AIDS,” ungkap Yunia.
Yunia mengatakan kondisi itu menunjukkan deteksi penyakit HIV/AIDS kini lebih cepat sehingga penanganannya juga lebih cepat. Menurut Yunia, pendataan warga yang terjangkit HIV/AIDS masih diklasifikasikan berdasarkan sejumlah indikator.
Baca: Ini Arti Pita Merah Simbol HIV AIDS
Berdasarkan usia ia menilai warga yang paling banyak terjangkit yakni usia produktif 20 tahun hingga 30 tahun sebanyak 218 kasus dan 30-40 tahun sebanyak 219 kasus.
Sementara berdasarkan profesi, kalangan karyawan menjadi yang terbanyak dengan 235 kasus.
”Kemudian ada dari kalangan wiraswasta dan buruh serabutan juga tinggi angka yang terdeteksi positif,” ungkapnya.
Terpisah, Koordinator Yayasan Sahabat Sehat Mitra Sebaya (Yasema) Sukoharjo, Garis Subandi, menilai banyaknya pelajar yang terjangkit HIV/AIDS juga dipengaruhi perkembangan era teknologi saat ini.
Baca: 88 Orang di Kudus Tertular HIV/AIDS, Begini Gejalanya
Perkembangan sejumlah aplikasi media sosial dinilai berperan membentuk pola pikir pelajar untuk mengikuti gaya hidup berisiko.
Ia berharap ada intervensi dari institusi sekolah dan keluarga dalam edukasi antisipasi. “Tidak bisa dimungkiri kemajuan teknologi ini menjadi dua mata pisau. Kalau digunakan dengan baik akan baik juga. Sebaliknya, banyak peningkatan risiko seperti penularan HIV/AIDS yang terjadi karena kemajuan teknologi,” jelasnya.
Ia mencontohkan salah satunya aplikasi pencarian jodoh bisa menjadi sasaran target. Mereka menjadi korban seksual yang bisa berujung tertular HIV/AIDS.
“Makanya perlu intervensi untuk edukasi pencegahan risiko penularan,” ujar Garis.
Penulis: Supriyadi
Editor: Supriyadi
Sumber:
Solopos.com