Duh! Pengangguran di Boyolali Meningkat Drastis Selama Pandemi
Murianews
Kamis, 10 Maret 2022 16:38:07
MURIANEWS, Boyolali — Dampak pandemi Covid-19 di Kabupaten Boyolali makin terasa di kalangan masyarakat. Di luar dugaan, selama pandemi berlangsung, tingkat pengangguran di Boyolali meningkat drastis.
Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) Boyolali, tingkat pengangguran terbuka pada 2019 adalah 3,12 persen kemudian naik menjadi 5,28 persen pada tahun berikutnya.
Kemudian, pada tahun 2021 tingkat pengangguran terbuka Boyolali mengalami sedikit penurunan menjadi 5,09 persen.
Koordinator Fungsi Statistik Sosial BPS Boyolali, Subuh Sukmono Putro, mengungkapkan meningkatnya tingkat pengangguran terbuka di Boyolali terjadi akibat pandemi Covid-19.
“Pada 2020 dan 2021 itu sudah terjadi pandemi Covid-19. Banyak sekali perusahaan-perusahaan yang tutup dan merumahkan karyawannya. Baik dirumahkan tetap atau menunggu sampai kondisi membaik untuk mereka bisa berkantor lagi,” jelas Subuh seperti dikutip
Solopos.com, Kamis (10/3/2022).
Lebih lanjut, dia menjelaskan alasan menurunnya tingkat pengangguran pada 2021 karena telah ada pelonggaran-pelonggaran yang dilaksanakan pemerintah. Namun, Subuh menyoroti terjadi pengurangan pada sektor manufacturing di tahun tersebut.
“Itu terlihat saat mulai ada beberapa pabrik yang mulai mempekerjakan lagi karyawannya. Dari angka Sakernas bisa dilihat berdasarkan sektornya, yang banyak mengalami pengurangan di sektor manufacturing atau industri. Nah, saat di sana berhenti, sektor pertanian dan jasa naik karena itu cara masyarakat bertahan hidup,” jelasnya.
Senada dengan Subuh, Kepala Dinas Koperasi dan Tenaga Kerja (Diskopnaker) Boyolali, Arief Wardianta, mengungkapkan alasan tingginya pengangguran terbuka di Boyolali karena merebaknya pandemi Covid-19 sehingga mengganggu perekonomian.
“Banyak usaha-usaha baik mikro kecil maupun menengah yang mengurangi produksinya bahkan berhenti produksi. Tak pelak banyak tenaga kerja yang dirumahkan bahkan sampai diberhentikan. Faktor lainnya karena bertambahnya lulusan sekolah yang tidak tersalurkan dalam dunia kerja dan dunia usaha,” jelasnya.Arief kemudian menjelaskan turunnya angka pengangguran di Boyolali disebabkan beberapa faktor seperti mulai banyaknya masyarakat yang memulai usahanya kembali dan mempekerjakan kembali tenaga kerja.“Selain itu, alasan naiknya karena ada beberapa masyarakat telah divaksin sehingga menambah kekebalan terhadap Covid. Masyarakat juga mulai mengenal pandemi, sehingga membuat masyarakat tahu cara-cara mengantisipasi penyebaran sehingga ketakutan masyarakat terhadap Covid-19 berkurang,” jelasnya.Untuk mengurangi angka pengangguran di Boyolali, Arief mengungkapkan beberapa cara yang dilaksanakan oleh Diskopnaker Boyolali. Salah satunya adalah mengoptimalkan pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK).Ia juga mengungkapkan ada pelatihan-pelatihan kewirausahaan lewat tenaga kerja mandiri dan pemberdayaan usaha mikro kecil. “Kami juga melaksanakan kegiatan perluasan kerja melalui Pola Padat Karya. Melaksanakan pembinaan ke perusahaan-perusahaan tentang hubungan industrial guna mengurangi angka perselisihan dan PHK,” jelasnya. Penulis: SupriyadiEditor: SupriyadiSumber:
Solopos.com
[caption id="attachment_95100" align="alignleft" width="880"]

Ilustrasi. (MURIANEWS)[/caption]
MURIANEWS, Boyolali — Dampak pandemi Covid-19 di Kabupaten Boyolali makin terasa di kalangan masyarakat. Di luar dugaan, selama pandemi berlangsung, tingkat pengangguran di Boyolali meningkat drastis.
Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) Boyolali, tingkat pengangguran terbuka pada 2019 adalah 3,12 persen kemudian naik menjadi 5,28 persen pada tahun berikutnya.
Kemudian, pada tahun 2021 tingkat pengangguran terbuka Boyolali mengalami sedikit penurunan menjadi 5,09 persen.
Koordinator Fungsi Statistik Sosial BPS Boyolali, Subuh Sukmono Putro, mengungkapkan meningkatnya tingkat pengangguran terbuka di Boyolali terjadi akibat pandemi Covid-19.
“Pada 2020 dan 2021 itu sudah terjadi pandemi Covid-19. Banyak sekali perusahaan-perusahaan yang tutup dan merumahkan karyawannya. Baik dirumahkan tetap atau menunggu sampai kondisi membaik untuk mereka bisa berkantor lagi,” jelas Subuh seperti dikutip
Solopos.com, Kamis (10/3/2022).
Lebih lanjut, dia menjelaskan alasan menurunnya tingkat pengangguran pada 2021 karena telah ada pelonggaran-pelonggaran yang dilaksanakan pemerintah. Namun, Subuh menyoroti terjadi pengurangan pada sektor manufacturing di tahun tersebut.
“Itu terlihat saat mulai ada beberapa pabrik yang mulai mempekerjakan lagi karyawannya. Dari angka Sakernas bisa dilihat berdasarkan sektornya, yang banyak mengalami pengurangan di sektor manufacturing atau industri. Nah, saat di sana berhenti, sektor pertanian dan jasa naik karena itu cara masyarakat bertahan hidup,” jelasnya.
Senada dengan Subuh, Kepala Dinas Koperasi dan Tenaga Kerja (Diskopnaker) Boyolali, Arief Wardianta, mengungkapkan alasan tingginya pengangguran terbuka di Boyolali karena merebaknya pandemi Covid-19 sehingga mengganggu perekonomian.
“Banyak usaha-usaha baik mikro kecil maupun menengah yang mengurangi produksinya bahkan berhenti produksi. Tak pelak banyak tenaga kerja yang dirumahkan bahkan sampai diberhentikan. Faktor lainnya karena bertambahnya lulusan sekolah yang tidak tersalurkan dalam dunia kerja dan dunia usaha,” jelasnya.
Arief kemudian menjelaskan turunnya angka pengangguran di Boyolali disebabkan beberapa faktor seperti mulai banyaknya masyarakat yang memulai usahanya kembali dan mempekerjakan kembali tenaga kerja.
“Selain itu, alasan naiknya karena ada beberapa masyarakat telah divaksin sehingga menambah kekebalan terhadap Covid. Masyarakat juga mulai mengenal pandemi, sehingga membuat masyarakat tahu cara-cara mengantisipasi penyebaran sehingga ketakutan masyarakat terhadap Covid-19 berkurang,” jelasnya.
Untuk mengurangi angka pengangguran di Boyolali, Arief mengungkapkan beberapa cara yang dilaksanakan oleh Diskopnaker Boyolali. Salah satunya adalah mengoptimalkan pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK).
Ia juga mengungkapkan ada pelatihan-pelatihan kewirausahaan lewat tenaga kerja mandiri dan pemberdayaan usaha mikro kecil. “Kami juga melaksanakan kegiatan perluasan kerja melalui Pola Padat Karya. Melaksanakan pembinaan ke perusahaan-perusahaan tentang hubungan industrial guna mengurangi angka perselisihan dan PHK,” jelasnya.
Penulis: Supriyadi
Editor: Supriyadi
Sumber:
Solopos.com