Rabu, 19 November 2025


MURIANEWS, Wonosobo- Munculnya gas beracun yang terjadi di lokasi pekerjaan PT Geo Dipa Energi, Dieng, Wonosobo bukanlah hal baru. Dataran tinggi Dieng memang dikenal sebagai wilayah dengan aktifitas vulkanis sangat aktif.

Peristiwa terakhir yang terjadi di PT Geo Dipa Energi, Dieng, Wonosobo sejauh ini telah meminta korban satu orang meninggal. Sementara 8 orang lainnya masih dirawat di salah satu rumah sakit di Wonosobo.

Namun sekitar 43 tahun lalu, sebuah peristiwa yang dipicu gas beracun di kawasan Dieng telah menjadi sebuah tragedi yang akan terus diingat. Sejarah bencana nasional mencatat kejadian itu sebagai Tragedi Sinila.

Kejadiannya terjadi pada 20 Febuari 1979, dengan korban jiwa sebanyak 149 orang warga Desa Kapucukan, Kecamatan Batur, Banjarnegara. Pada Selasa (20 Febuari 1979) dinihari WIB, warga Batur dikejutkan dengan gempa bumi yang kuat disusul suara dentuman keras.

Kawah Sinila dan Sigluduk diketahui mengalami erupsi akibat aktifitas vulkanik yang terjadi. Ledakan di Sinila ini tanpa diketahui telah memicu kawah Timbang melepaskan gas ke udara, setelah sebelumnya terperangkap dibawah permukaan tanah. Gas yang terlepas itu diduga merupakan oksida karbon dan kemungkinan juga hydrogen sulfida atau metana.

BACA JUGA: Korban Gas Beracun PT Geo Dipa Energy di Wonosobo, Lima Orang membaik

Gas beracun itu juga muncul dari rekahan tanah di sekitar kawah Timbang. Dalam konsentrasi tinggi, gas itu tanpa disadari sangat membahayakan nyawa mahkluk hidup.

Gempa bumi yang terjadi pada akhirnya membuat warga ketakutan, dan memutuskan untuk keluar rumah bermaksud menyelamatkan diri. Namun gas beracun yang muncul dari rekahan tanah di sekitar kawasan kawah Timbang, ‘menikam’ mereka secara tak terduga.

Gas beracun yang menyebar dengan konsentrasi tinggi itu ternyata juga menyebar ke wilayah pemukiman warga. Membuat warga yang keluar rumah karena gempa, langsung bergelimpangan meninggal dunia setelah menghirup gas beracun.Gas beracun yang keluar dari kawah Timbang dan sekitarnya sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda. Hanya terlihat dari kawah Timbang muncul seperti asap putih. Gas yang keluar tidak berwarna dan tidak berbau, hanya bisa dideteksi menggunakan alat khusus.Hingga saat ini, Tragedi Sinila yang terjadi pada 1979 selalu lekat di kehidupan masyarakat Dieng. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banjarnegara setelah kejadian langsung menutup wilayah sekitar kawah Timbang.Peristiwa memilukan itu membuat Pemkab Banjarnegara menghapus dusun tersebut dari peta Banjarnegara. Warga yang selamat kemudian diikutkan dalam program transmigrasi ke Sumatra.Kejadian yang hampir sama juga terjadi pada 2013 yang menyebabkan ribuan orang warga mengungsi. Diawali dengan gempa berkekuatan magnitudo 4,8, gas beracun muncul di di sekitar Kawah Timbang. Pengalaman di masa lalu, sedikut membantu dalam menekan korban.Kawasan Dieng memang memiliki karakteristik bencana tersendiri. Ancaman gas beracun memang potensial masih akan terus terjadi. Setidaknya ada tiga kawah yang sampai saat ini harus diwaspadai. Kawah itu adalah Timbang, Sileri, dan Sinila.Pada saat ini juga sudah ada peta kawasan rawan bencana (KRB) yang dibuat oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Dengan peta itu, maka BPBD dan PVMBG membuat papan yang berisi rambu-rambu di wilayah rawan bencana khususnya di jalur gas beracun.Penulis: Budi ErjeEditor: Budi ErjeDari berbagai sumber

Baca Juga

Komentar