Kamis, 20 November 2025


MURIANEWS, Sragen — Simpang tiga Kauman, Desa Masaran, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen mendadak riuh Senin (21/3/2022). Itu terjadi setelah warga setempat menggelar demo sebagai aksi protes kepada Kementerian PUPR terkait pemasangan median jalan.

Suyadi Kurniawan, salah satu demonstran mengatakan, pemasangan median jalan di lokasi itu malah membuat kawasan tersebut rawan kecelakaan. Pihaknya pun mendesak bukaan median jalan diluruskan dengan jalan dari arah Stasiun Masaran.

”Selan itu, warga juga meminta jalan di kawasan tersebut dipasang rambu-rambu hati-hati supaya kecelakaan tidak terulang,” katanya seperti dikutip Solopos.com.

Selain itu, para demonstran juga menuntut Kementerian PUPRuntuk membongkar median jalan sepanjang 10 meter tersebut. Dengan begitu truk, mobil, dan motor mudah berbelok di simpang tiga Kauman.

“Jangan salahkan warga bila median jalan ini dibongkar. Sudah banyak korban di simpang tiga ini. Mobil, truk, kesulitan saat mau belok ke arah Dawungan. Aksi ini sebagai wujud peringatan dari warga supaya pengguna jalan aman saat berbelok di simpang tiga ini. Kami memberi waktu satu pekan, kalau tidak dibongkar maka warga yang akan membongkar,” jelasnya.

Hal senada juga diungkapkan Eko Adi Putra (42). Warga Masaran itu juga mengaku sudah ada empat kasus kecelakaan lalu lintas di simpang tiga Kauman ini selama dua pekan terakhir. Satu kasus kecelakaan di antara mengakibatkan bapak dan anak meninggal dunia. Selain itu, dua kecelakaan melibatkan truk yang terguling saat berbelok di simpang tiga Kauman.

“Dalam dua pekan terakhir, ada empat kejadian kecelakaan dan sudah memakan korban jiwa dua orang. Kecelakaan itu akibat putaran yang tidak sekali jadi sehingga terjadi kemacetan. Kalau motor sering kali menyelonong dan tidak melihat kendaraan dari arah barat maupun timur,” imbuh dia.

Eko menerangkan problem bukaan median jalan kurang lebar dan tidak lurus dengan Jalan dari arah selatan atau Dawungan sehingga warga menuntut supaya akses yang menghalangi itu dibongkar. Beberapa kesempatan sempat ada Pak Ogah atau orang yang mengatur arus lalu lintas tetapi tidak rutin.
Seorang pengusaha di Masaran, Budiono Rahmadi, menyampaikan keputusan pemerintah menutup akses jalan Masaran-Sepat itu malah mengecilkan fungsi jalan. Dia mengatakan banyak truk kontainer yang mau masuk ke jalur alternatif itu tidak bisa berbelok sehingga harus bergeser hingga Nguwer. Dampaknya, biaya transportasi bertambah.“Aksi yang dilakukan warga ini menjadi dasar penguat untuk berkirim surat ke instansi terkait dengan pembangunan Jalan Solo-Sragen itu. Kami akan meminta median jalan dibongkar sebagai solusinya,” katanya.Kementerian PUPR bersama Dinas Perhubungan (Dishub) Sragen langsung turun ke simpang tiga Kauman setelah mengetahui aksi warga tersebut. Kabid Lalu Lintas Dishub Sragen, Davit Hendrata, mengaku Dishub bersama Kemen PUPR mengecek ke lokasi untuk melihat kondisi simpang tiga Kauman.Davit mengatakan solusinya menggeser bukaan median jalan supaya lurus dengan jalur dari selatan atau dari arah Dawungan dan stasiun Masaran.“Iya, median jalan dibongkar. Sekarang masih diukur oleh pihak Kemen PUPR. Untuk traffic light di simpang tiga itu wewenang Kementerian perhubungan. Kalau untuk traffic light Nguwer itu wewenang Kemen PUPR karena yang membongkar dulu Kemen PUPR saat pembangunan jalan,” jelasnya. Penulis: SupriyadiEditor: SupriyadiSumber: Solopos.com

Baca Juga

Komentar

Terpopuler