PMK Makin Tinggi, Wonogiri Perpanjang Penutupan Pasar Hewan
Murianews
Selasa, 7 Juni 2022 08:48:56
MURIANEWS, Wonogiri — Semakin tingginya kasus suspek Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) hingga mencapai 179 kasus per Senin (6/6/2022) membuat pemkab setempat melakukan berbagai cara pencegahan.
Salah satunya dengan memperpanjang penutupan pasar hewan di Wonogiri selama dua pekan ke depan. Sebelumnya, pemkab sudah menutup pasar hewan sejak Selasa (24/5/2022) dan berakhir Senin (6/6/2022).
Bupati Wonogiri Joko Sutopo mengatakan, penutupan ini sebagai langkah antisipasi masifnya penularan PMK. Ia pun menilai pasar hewan merupakan objek strategis yang berpotensi tinggi menularkan penyakit tersebut.
Baca: PMK Menyebar, Pasar Hewan di Kudus Tutup Dua Pekan”(Senin) angka suspeknya tinggi, mencapai 179 kasus. Yang tertinggi masih di Kecamatan Bulukerto. Untuk angka terkonfirmasi masih lima karena kami harus menunggu hasil lab untuk menentukan statusnya. Sapi yang sembuh sebanyak 23 ekor,” katanya seperti dikutip
Solopos.com.
Bupati Jekek mengatakan kebijakan memperpanjang penutupan pasar hewan telah didiskusikan dengan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislapernak) dan Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian dan Perdagangan (KUKM Perindag).
Selama dua pekan ke depan, Pemkab Wonogiri akan meningkatkan monitoring lalu lintas ternak dan memperketat pemberian surat keterangan kesehatan hewan (SKKH).
Pedagang yang sapinya terdeteksi penyakit PMK diminta tak melakukan transaksi alias penjualan hewan ternak. Hingga kini, Bupati Jekek mengaku telah mengantongi data pedagang besar yang sapinya bergejala PMK.
Baca: Kasus PMK Tinggi, Disnakkan Grobogan Pastikan Hewan Kurban AmanTindakan tegas yang diambil dalam dua pekan mendatang berbeda dengan tindakan yang diambil dua pekan sebelumnya. Di waktu sebelumnya, Pemkab Wonogiri gencar menyosialisasikan sekaligus mengedukasi pemahaman gejala PMK ke pelaku usaha peternakan.”Di lapangan masih ada jual beli sapi antarkecamatan atau pun antarkabupaten. Misalnya, sapi di Bulukerto belinya di Puhpelem. Sedangkan sapi dari Puhpelem belinya dari Jawa Timur (Jatim). Kami berharap semuanya disiplin. Sapi yang terdeteksi suspek, dikarantina terlebih dahulu,” katanya.Pedagang sapi asal Kecamatan Purwantoro, Teguh Topo, mengatakan penjualan sapi menjelang Iduladha 100-150 ekor per hari. Sejak meluasnya kasus PMK di Kabupaten Wonogiri dan ditutupnya pasar hewan selama dua pekan terakhir, ia sama sekali tak menjual satu pun sapi.Meski seperti itu, dia tak menolak kebijakan perpanjangan penutupan pasar hewan di Wonogiri. Dia berharap, kebijakan tersebut harus dibarengi dengan ketegasan petugas di lapangan.”Kalau sudah ada aturan yang tegas, petugas di lapangan juga harus tegas. Datangi sapi di kandang-kandang milik peternak satu per satu, cek kesehatannya. Jangan hanya peraturannya sudah ada tapi tidak ada ketegasan dalam penerapannya,” ucap Teguh. Penulis: SupriyadiEditor: SupriyadiSumber:
Solopos.com
[caption id="attachment_292268" align="alignleft" width="880"]

Salah seorang petugas saat mengecek kondisi sapi dari virus PMK. (Istimewa/Rina Wijaya)[/caption]
MURIANEWS, Wonogiri — Semakin tingginya kasus suspek Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) hingga mencapai 179 kasus per Senin (6/6/2022) membuat pemkab setempat melakukan berbagai cara pencegahan.
Salah satunya dengan memperpanjang penutupan pasar hewan di Wonogiri selama dua pekan ke depan. Sebelumnya, pemkab sudah menutup pasar hewan sejak Selasa (24/5/2022) dan berakhir Senin (6/6/2022).
Bupati Wonogiri Joko Sutopo mengatakan, penutupan ini sebagai langkah antisipasi masifnya penularan PMK. Ia pun menilai pasar hewan merupakan objek strategis yang berpotensi tinggi menularkan penyakit tersebut.
Baca: PMK Menyebar, Pasar Hewan di Kudus Tutup Dua Pekan
”(Senin) angka suspeknya tinggi, mencapai 179 kasus. Yang tertinggi masih di Kecamatan Bulukerto. Untuk angka terkonfirmasi masih lima karena kami harus menunggu hasil lab untuk menentukan statusnya. Sapi yang sembuh sebanyak 23 ekor,” katanya seperti dikutip
Solopos.com.
Bupati Jekek mengatakan kebijakan memperpanjang penutupan pasar hewan telah didiskusikan dengan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislapernak) dan Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian dan Perdagangan (KUKM Perindag).
Selama dua pekan ke depan, Pemkab Wonogiri akan meningkatkan monitoring lalu lintas ternak dan memperketat pemberian surat keterangan kesehatan hewan (SKKH).
Pedagang yang sapinya terdeteksi penyakit PMK diminta tak melakukan transaksi alias penjualan hewan ternak. Hingga kini, Bupati Jekek mengaku telah mengantongi data pedagang besar yang sapinya bergejala PMK.
Baca: Kasus PMK Tinggi, Disnakkan Grobogan Pastikan Hewan Kurban Aman
Tindakan tegas yang diambil dalam dua pekan mendatang berbeda dengan tindakan yang diambil dua pekan sebelumnya. Di waktu sebelumnya, Pemkab Wonogiri gencar menyosialisasikan sekaligus mengedukasi pemahaman gejala PMK ke pelaku usaha peternakan.
”Di lapangan masih ada jual beli sapi antarkecamatan atau pun antarkabupaten. Misalnya, sapi di Bulukerto belinya di Puhpelem. Sedangkan sapi dari Puhpelem belinya dari Jawa Timur (Jatim). Kami berharap semuanya disiplin. Sapi yang terdeteksi suspek, dikarantina terlebih dahulu,” katanya.
Pedagang sapi asal Kecamatan Purwantoro, Teguh Topo, mengatakan penjualan sapi menjelang Iduladha 100-150 ekor per hari. Sejak meluasnya kasus PMK di Kabupaten Wonogiri dan ditutupnya pasar hewan selama dua pekan terakhir, ia sama sekali tak menjual satu pun sapi.
Meski seperti itu, dia tak menolak kebijakan perpanjangan penutupan pasar hewan di Wonogiri. Dia berharap, kebijakan tersebut harus dibarengi dengan ketegasan petugas di lapangan.
”Kalau sudah ada aturan yang tegas, petugas di lapangan juga harus tegas. Datangi sapi di kandang-kandang milik peternak satu per satu, cek kesehatannya. Jangan hanya peraturannya sudah ada tapi tidak ada ketegasan dalam penerapannya,” ucap Teguh.
Penulis: Supriyadi
Editor: Supriyadi
Sumber:
Solopos.com