Kamis, 20 November 2025


MURIANEWS, Boyolali – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali mencatat setidaknya ada tujuh kecamatan yang rawan kekeringan saat musim kemarau melanda. Tujuh kecamatan tersebut di antaranya Kecamatan Musuk, Tamansari, Kemusu, Wonosegoro, Wonosamodro, Juwangi, dan Andong.

Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik BPBD Boyolali Suherman mengatakan tujuh kecamatan tersebut rawan kekeringan karena berada di wilayah kering. Wilayah tersebut, mengalami kekeringan saat musim kemarau dengan waktu yang berbeda-beda.

”Ada yang musim kemaraunya panjang, ada yang pendek. Tapi rata-rata puncak kemarau pada Agustus, September, dan Oktober,” katanya seperti dikutip Solopos.com.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan untuk mengatasi kekeringan pada musim kemarau panjang, BPBD Boyolali bekerja sama dengan Corporate Social Responsibility (CSR) dan komunitas yang ingin membantu mengirimkan tangki air.

Tak hanya mengirimkan logistik air, Herman mengatakan BPBD Boyolali juga melaksanakan langkah preventif dengan mencari titik-titik air di daerah kekeringan sejak 2021.

”Kami sudah melaksanakan survei untuk titik-titik air agar dapat dibuat sumur dalam,” terang dia.

Sementara itu, Kepala Pelaksanaan Harian (Kalakhar) BPBD Boyolali, Widodo Munir, menjelaskan terkait langkah pencarian sumur dalam. Ia mengungkapkan pencarian titik air menggunakan metode geolistrik.”Kami baru melakukan proses pencarian sumber air dengan geolistrik, baru kalau dapat sumber yang memadai maka tahun depan diusulkan pembuatan sumurnya,” kata dia.Ia merencanakan mengecek sumber air di lingkungan BPBD Boyolali terlebih dahulu. Sumber air tersebut, kata dia, digunakan untuk menyuplai ruang Tempat Penampungan Akhir (TPA) pengungsian.Widodo mengungkapkan rencana tersebut untuk berjaga-jaga apabila TPA pengungsian dibuka. “Selain itu ada satu lagi di Wonosamodro, di sana untuk melayani air di wilayah utara,” terang dia. Penulis: SupriyadiEditor: SupriyadiSumber: Solopos.com

Baca Juga

Komentar

Terpopuler