Revitalisasi Bonbin Jurug Solo Dimulai, Gandeng Taman Safari Indonesia sebagai Konsultan
Murianews
Sabtu, 13 Agustus 2022 17:55:03
MURIANEWS, Solo – Revitalisasi Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ Solo) atau yang juga akrab dengan sebutan Bonbin Jurug dimulai. Acara groundbreaking atau peletakan batu pertama proyek revitalisasi TSTJ Solo dilakukan pada Sabtu (13/8/2022).
Dalam revitalisasi ini,
TSTJ Solo akan didesain menjadi ikon destinasi wisata dan pusat konservasi dan edukasi satwa di Jawa Tengah. Keistimewaan TSTJ Solo terletak pada adanya danau serta lokasinya yang berdekatan dengan Bengawan Solo.
Acara groundbreaking dihadiri unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Solo. Hadir pula, Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Agus Justianto, Ketua Yayasan Konservasi Margasatwa Indonesia Agus Santoso, serta para mitra dan pemangku kepentingan lainnya.
Baca juga: Cari Destinasi Wisata yang Ramah Anak di Kota Solo? Ini PilihannyaKetua Yayasan Konservasi Margasatwa Indonesia Agus Santoso mengatakan, proyek revitalisasi TSTJ Solo melibatkan Taman Safari Indonesia sebagai konsultan. Proyek ini dibagi menjadi dua fase konstruksi fisik. Tahap pertama difokuskan untuk pembangunan fasilitas di sekitar danau yang letaknya di tengah area taman satwa.
”Pembangunan proyek tahap pertama maksimal enam bulan. Namun, sesuai arahan Wali Kota Solo, kami berharap Desember 2022 sudah selesai. Sementara proyek tahap kedua dilaksanakan pada 2023. TSTJ Solo bakal menjadi taman satwa modern dan sustainable,” kata dia, seperti dikutip dari Solopos.com.
Menurut Agus, revitalisasi TSTJ Solo mengusung konsep alam terbuka seperti taman safari. Beragam fasilitas rekreasi dan atraksi hewan menyokong operasional TSTJ setelah rampung direvitalisasi. Misalnya, ada perkampungan ala Afrika, museum, kafe, restoran, hingga tempat atraksi hewan.
Nantinya, beragam jenis binatang primata seperti monyet dan orang utan bakal dilepas di alam terbuka. Begitu pula dengan kuda, zebra, dan rusa juga dilepas di area taman satwa.
”Khusus binatang buas seperti harimau di area khusus. Pengunjung bisa menyaksikan aktivitas sehari hari macan dan harimau dengan menyantap makanan dan minuman di restoran atau kafe,” ujar dia.
Agus menyampaikan, keistimewaan TSTJ Solo dibanding taman safari di daerah lain yakni memiliki danau sebagai point of view pengunjung. Beragam fasilitas dan atraksi hewan bakal mengelilingi danau tersebut. Selain itu, lokasi TSTJ yang terletak di dekat Bengawan Solo dan adanya Museum Gesang menjadi daya tarik lain.”Saya yakin gampang mendunia karena nama Bengawan Solo sudah dikenal di luar negeri. TSTJ Solo merupakan satu-satunya taman satwa yang memiliki danau. Taman safari lain tidak punya,” ujar dia.Sementara itu, Dirjen PHL KLHK Agus Justianto menyatakan, TSTJ Solo berfungsi sebagai tempat pengembangbiakan dan penyelematan tumbuhan dan satwa liar. Fungsi lainnya sebagai tempat edukasi, peragaan, sumber indukan, serta rekreasi bagi masyarakat. Koleksi satwa di TSTJ Solo sebanyak 77 jenis, baik satwa lokal maupun eksotis.”Keberadaan TSTJ Solo membantu menyelamatkan beragam jenis satwa yang dilindungi dan terancam punah. Satwa itu bisa direhabilitasi ke habitat liar,” paparnya.Selama ini, TSTJ Solo berhasil melakukan translokasi tiga satwa, yakni lutung budeng, owa, dan orangutan. Lutung budeng dilepasliarkan ke Jawa Timur. Sedangkan owa dan orangutan dilepasliarkan ke Kalimantan Tengah.Agus menyampaikan, TSTJ Solo pada 2019 menjadi pilot project revitalisasi kebun binatang. Pemerintah pusat melalui BKSDA Jawa Tengah memberikan hibah kandang satwa jenis reptil buaya, reptil kecil, dan unta senilai Rp1,9 miliar. Penulis: Dani AgusEditor: Dani AgusSumber: solopos.com
[caption id="attachment_306212" align="alignleft" width="1890"]

Foto: Taman Jurug Solo (visitjawatengah.jatengprov.go.id)[/caption]
MURIANEWS, Solo – Revitalisasi Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ Solo) atau yang juga akrab dengan sebutan Bonbin Jurug dimulai. Acara groundbreaking atau peletakan batu pertama proyek revitalisasi TSTJ Solo dilakukan pada Sabtu (13/8/2022).
Dalam revitalisasi ini,
TSTJ Solo akan didesain menjadi ikon destinasi wisata dan pusat konservasi dan edukasi satwa di Jawa Tengah. Keistimewaan TSTJ Solo terletak pada adanya danau serta lokasinya yang berdekatan dengan Bengawan Solo.
Acara groundbreaking dihadiri unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Solo. Hadir pula, Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Agus Justianto, Ketua Yayasan Konservasi Margasatwa Indonesia Agus Santoso, serta para mitra dan pemangku kepentingan lainnya.
Baca juga: Cari Destinasi Wisata yang Ramah Anak di Kota Solo? Ini Pilihannya
Ketua Yayasan Konservasi Margasatwa Indonesia Agus Santoso mengatakan, proyek revitalisasi TSTJ Solo melibatkan Taman Safari Indonesia sebagai konsultan. Proyek ini dibagi menjadi dua fase konstruksi fisik. Tahap pertama difokuskan untuk pembangunan fasilitas di sekitar danau yang letaknya di tengah area taman satwa.
”Pembangunan proyek tahap pertama maksimal enam bulan. Namun, sesuai arahan Wali Kota Solo, kami berharap Desember 2022 sudah selesai. Sementara proyek tahap kedua dilaksanakan pada 2023. TSTJ Solo bakal menjadi taman satwa modern dan sustainable,” kata dia, seperti dikutip dari Solopos.com.
Menurut Agus, revitalisasi TSTJ Solo mengusung konsep alam terbuka seperti taman safari. Beragam fasilitas rekreasi dan atraksi hewan menyokong operasional TSTJ setelah rampung direvitalisasi. Misalnya, ada perkampungan ala Afrika, museum, kafe, restoran, hingga tempat atraksi hewan.
Nantinya, beragam jenis binatang primata seperti monyet dan orang utan bakal dilepas di alam terbuka. Begitu pula dengan kuda, zebra, dan rusa juga dilepas di area taman satwa.
”Khusus binatang buas seperti harimau di area khusus. Pengunjung bisa menyaksikan aktivitas sehari hari macan dan harimau dengan menyantap makanan dan minuman di restoran atau kafe,” ujar dia.
Agus menyampaikan, keistimewaan TSTJ Solo dibanding taman safari di daerah lain yakni memiliki danau sebagai point of view pengunjung. Beragam fasilitas dan atraksi hewan bakal mengelilingi danau tersebut. Selain itu, lokasi TSTJ yang terletak di dekat Bengawan Solo dan adanya Museum Gesang menjadi daya tarik lain.
”Saya yakin gampang mendunia karena nama Bengawan Solo sudah dikenal di luar negeri. TSTJ Solo merupakan satu-satunya taman satwa yang memiliki danau. Taman safari lain tidak punya,” ujar dia.
Sementara itu, Dirjen PHL KLHK Agus Justianto menyatakan, TSTJ Solo berfungsi sebagai tempat pengembangbiakan dan penyelematan tumbuhan dan satwa liar. Fungsi lainnya sebagai tempat edukasi, peragaan, sumber indukan, serta rekreasi bagi masyarakat. Koleksi satwa di TSTJ Solo sebanyak 77 jenis, baik satwa lokal maupun eksotis.
”Keberadaan TSTJ Solo membantu menyelamatkan beragam jenis satwa yang dilindungi dan terancam punah. Satwa itu bisa direhabilitasi ke habitat liar,” paparnya.
Selama ini, TSTJ Solo berhasil melakukan translokasi tiga satwa, yakni lutung budeng, owa, dan orangutan. Lutung budeng dilepasliarkan ke Jawa Timur. Sedangkan owa dan orangutan dilepasliarkan ke Kalimantan Tengah.
Agus menyampaikan, TSTJ Solo pada 2019 menjadi pilot project revitalisasi kebun binatang. Pemerintah pusat melalui BKSDA Jawa Tengah memberikan hibah kandang satwa jenis reptil buaya, reptil kecil, dan unta senilai Rp1,9 miliar.
Penulis: Dani Agus
Editor: Dani Agus
Sumber: solopos.com