Belasan Siswa SMP di Klaten Diduga Dianiaya Guru, Ditendang dan Diolesi Jelantah
Murianews
Jumat, 2 September 2022 14:54:28
MURIANEWS, Klaten — Belasan siswa SMP swasta di Klaten diduga menjadi korban penganiayaan salah seorang oknum guru berinsial M di lingkungan sekolah setempat, Selasa (30/8/2022) lalu.
Penganiayaan tersebut diduga dilakukan dengan cara menendang kepala hingga mengolesi wajah belasan siswa tersebut dengan minyak jelantah. Gara-garanya, mereka melakukan pelanggaran mencoret-coret tembok atau vandalisme.
Salah satu orang tua siswa IK (45) mengatakan ada 15-16 siswa yang dihukum lantaran mencoret-coret tembok sekolah. Belasan siswa itu lantas dipanggil guru Bimbingan Konseling (BK).
Belasan siswa itu dimintai pertanggungjawaban atas pelanggaran kedisiplinan. Mereka diminta membersihkan tembok sekolah yang sudah dicoret-coret dan mengecat lagi.
Setelah itu, ada kesepakatan belasan anak itu iuran Rp 10 ribu per orang dan pengecatan dilakukan oleh karyawan sekolah setempat. Peristiwa itu terjadi sekitar dua pekan lalu.
”Anak-anak juga diskors mengerjakan tugas di rumah selama dua hari,” kata IK seperti dikutip
Solopos.com, Jumat (2/92/2022).
Setelah menjalani sanksi tersebut, IK menjelaskan permasalahan sebenarnya sudah selesai. Siswa kembali mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasa.
Namun, belasan siswa itu dipanggil lagi ke ruang BK, Selasa (30/8/2022). Mereka ditemui salah satu guru mata pelajaran berinisial M.
”Saat itu dari 15-16 orang, yang tidak masuk tiga orang,” jelas IK.
Oleh M, siswa yang dikumpulkan ke ruang BK itu diduga ditendang pada bagian kepala. Selain itu, wajah mereka diolesi minyak jelantah oleh M.
”Dia juga menyampaikan kata-kata menyangkut orang tua. Katanya kalau tidak terima, orang tua suruh ke sini. Ya saya tidak terima,” kata IK.
Mengetahui anaknya diduga mendapatkan perlakuan kasar oleh salah satu guru, IK langsung menghubungi wali kelas.
”Katanya sudah dikoordinasi sekolah dan akan diselesaikan di pihak sekolah,” kata dia.Orang tua siswa yang diduga menjadi korban penganiayaan lantas diundang ke sekolah, Kamis (1/9/2022). Mereka dipertemukan dengan M.”Iya, sudah dipanggil ke sekolah. Tetapi titik terangnya belum ada. Guru yang diduga itu juga minta maaf ada kesalahan,” jelas IK.Disinggung langkah untuk menempuh jalur hukum, IK mengatakan akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan orang tua siswa lainnya.IK menjelaskan anaknya berinisial R yang kini duduk di kelas IX mengalami benjol pada bagian kepala diduga akibat ditentang oleh M. R masih masuk sekolah mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasa.Sementara itu, H, kepala sekolah setempat membenarkan adanya dugaan kekerasan tersebut. Saat ini pihaknya sudah mengundang orang tua siswa yang diduga menjadi korban penganiayaan salah satu guru tersebut.”Kami sudah mengundang wali murid dan sudah hadir di sekolah. Intinya Pak guru itu sudah mengakui bahwa itu kekhilafan dan sudah membuat surat pernyataan tidak akan diulangi lagi,” kata H.H menjelaskan belasan siswa itu kini masih mengikuti kegiatan pembelajaran seperti biasa. Dia menegaskan kekerasan maupun
bullying tak dibenarkan terjadi di lingkungan sekolah.Apalagi, sekolah yang dia pimpin menjadi salah satu sekolah penggerak. Akan ada pembinaan khusus kepada M pascakejadian tersebut.”Saya sebagai pengelola sekolah meyakinkan bahwa itu tidak akan terjadi lagi di sekolah,” jelas H. Penulis: SupriyadiEditor: SupriyadiSumber: Solopos.com
MURIANEWS, Klaten — Belasan siswa SMP swasta di Klaten diduga menjadi korban penganiayaan salah seorang oknum guru berinsial M di lingkungan sekolah setempat, Selasa (30/8/2022) lalu.
Penganiayaan tersebut diduga dilakukan dengan cara menendang kepala hingga mengolesi wajah belasan siswa tersebut dengan minyak jelantah. Gara-garanya, mereka melakukan pelanggaran mencoret-coret tembok atau vandalisme.
Salah satu orang tua siswa IK (45) mengatakan ada 15-16 siswa yang dihukum lantaran mencoret-coret tembok sekolah. Belasan siswa itu lantas dipanggil guru Bimbingan Konseling (BK).
Belasan siswa itu dimintai pertanggungjawaban atas pelanggaran kedisiplinan. Mereka diminta membersihkan tembok sekolah yang sudah dicoret-coret dan mengecat lagi.
Setelah itu, ada kesepakatan belasan anak itu iuran Rp 10 ribu per orang dan pengecatan dilakukan oleh karyawan sekolah setempat. Peristiwa itu terjadi sekitar dua pekan lalu.
”Anak-anak juga diskors mengerjakan tugas di rumah selama dua hari,” kata IK seperti dikutip
Solopos.com, Jumat (2/92/2022).
Setelah menjalani sanksi tersebut, IK menjelaskan permasalahan sebenarnya sudah selesai. Siswa kembali mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasa.
Namun, belasan siswa itu dipanggil lagi ke ruang BK, Selasa (30/8/2022). Mereka ditemui salah satu guru mata pelajaran berinisial M.
”Saat itu dari 15-16 orang, yang tidak masuk tiga orang,” jelas IK.
Oleh M, siswa yang dikumpulkan ke ruang BK itu diduga ditendang pada bagian kepala. Selain itu, wajah mereka diolesi minyak jelantah oleh M.
”Dia juga menyampaikan kata-kata menyangkut orang tua. Katanya kalau tidak terima, orang tua suruh ke sini. Ya saya tidak terima,” kata IK.
Mengetahui anaknya diduga mendapatkan perlakuan kasar oleh salah satu guru, IK langsung menghubungi wali kelas.
”Katanya sudah dikoordinasi sekolah dan akan diselesaikan di pihak sekolah,” kata dia.
Orang tua siswa yang diduga menjadi korban penganiayaan lantas diundang ke sekolah, Kamis (1/9/2022). Mereka dipertemukan dengan M.
”Iya, sudah dipanggil ke sekolah. Tetapi titik terangnya belum ada. Guru yang diduga itu juga minta maaf ada kesalahan,” jelas IK.
Disinggung langkah untuk menempuh jalur hukum, IK mengatakan akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan orang tua siswa lainnya.
IK menjelaskan anaknya berinisial R yang kini duduk di kelas IX mengalami benjol pada bagian kepala diduga akibat ditentang oleh M. R masih masuk sekolah mengikuti kegiatan belajar mengajar seperti biasa.
Sementara itu, H, kepala sekolah setempat membenarkan adanya dugaan kekerasan tersebut. Saat ini pihaknya sudah mengundang orang tua siswa yang diduga menjadi korban penganiayaan salah satu guru tersebut.
”Kami sudah mengundang wali murid dan sudah hadir di sekolah. Intinya Pak guru itu sudah mengakui bahwa itu kekhilafan dan sudah membuat surat pernyataan tidak akan diulangi lagi,” kata H.
H menjelaskan belasan siswa itu kini masih mengikuti kegiatan pembelajaran seperti biasa. Dia menegaskan kekerasan maupun
bullying tak dibenarkan terjadi di lingkungan sekolah.
Apalagi, sekolah yang dia pimpin menjadi salah satu sekolah penggerak. Akan ada pembinaan khusus kepada M pascakejadian tersebut.
”Saya sebagai pengelola sekolah meyakinkan bahwa itu tidak akan terjadi lagi di sekolah,” jelas H.
Penulis: Supriyadi
Editor: Supriyadi
Sumber: Solopos.com