Karena curiga jadi korban kekerasan, pihak keluarga korban pun langsung melaporkan kejadian tersebut ke polisi. Saat ini kasus tersebut pun tengah dalam penyelidikan.
Paman korban, RBS (46) mengatakan, awalnya korban PMS sempat berlatih pada Kamis (13/4/2023) sekitar pukul 22.00 WIB. Namun pada Jumat (14/4/2023) sekitar pukul 00.00 WIB, korban dilarikan ke rumah sakit di daerah Karanganyar.
”Setelah kami lihat ada luka lebam di pelipis, dada, dan di atas ulu hati. Kami sebagai keluarga tidak menerima kematian korban,” jelas RBS kepada
.
Kecurigaan keluarga bertambah ketika pihak keluarga menerima informasi jika korban tak meninggal di rumah sakit. Atas dasar itu, pihak keluarga memutuskan untuk melaporkan ke polisi.”Sudah kita laporkan. Kami sebagai keluarga tidak menerima kematian korban,” tegasnya kembali.Dia mengatakan pihak keluarga juga meminta pertanggungjawaban dari para pelatih yang berjumlah sekitar enam orang. Empat orang di antaranya berusia sekitar 18 tahun, sementara dua orang lainnya berusia 20-an tahun.Dikonfirmasi terpisah, Kapolsek Polokarto, Iptu Susanta, mengatakan saat ini korban masih dalam penanganan autopsi dan kasus tersebut akan ditangani oleh Polres Sukoharjo.
Murianews, Sukoharjo – Seorang remaja anggota perguruan silat berinisial PMS (17) asal Polokarto, Sukoharjo meninggal dunia usai pamit mengikuti latihan, Kamis (13/4/2023) malam. Saat diperiksa, keluarga menemukan luka lebam di tubuh korban.
Karena curiga jadi korban kekerasan, pihak keluarga korban pun langsung melaporkan kejadian tersebut ke polisi. Saat ini kasus tersebut pun tengah dalam penyelidikan.
Paman korban, RBS (46) mengatakan, awalnya korban PMS sempat berlatih pada Kamis (13/4/2023) sekitar pukul 22.00 WIB. Namun pada Jumat (14/4/2023) sekitar pukul 00.00 WIB, korban dilarikan ke rumah sakit di daerah Karanganyar.
”Setelah kami lihat ada luka lebam di pelipis, dada, dan di atas ulu hati. Kami sebagai keluarga tidak menerima kematian korban,” jelas RBS kepada
Solopos.com.
Baca: Pesilat Karanganyar Meninggal saat Ujian Kenaikan Sabuk
Kecurigaan keluarga bertambah ketika pihak keluarga menerima informasi jika korban tak meninggal di rumah sakit. Atas dasar itu, pihak keluarga memutuskan untuk melaporkan ke polisi.
”Sudah kita laporkan. Kami sebagai keluarga tidak menerima kematian korban,” tegasnya kembali.
Dia mengatakan pihak keluarga juga meminta pertanggungjawaban dari para pelatih yang berjumlah sekitar enam orang. Empat orang di antaranya berusia sekitar 18 tahun, sementara dua orang lainnya berusia 20-an tahun.
Dikonfirmasi terpisah, Kapolsek Polokarto, Iptu Susanta, mengatakan saat ini korban masih dalam penanganan autopsi dan kasus tersebut akan ditangani oleh Polres Sukoharjo.